fbpx

Blog

Kadai tangkelek Hadir di Bandara Internasional Minangkabau ( BIM) , menjadi oleh-oleh khas minang, tangkelek jadi buruan perantau yang ingin balik ke rantau atau bagi wisatawan yang pulang dari ranah minang, sekarang sudah ada Kadai Tangkelek di Bandara Internasional Minangkabau, tepatnya di lantai 2 pintu masuk ke ruang Tunggu, jika anda datang ke BIM, setelah Check in, anda akan naik ke lantai 2 menuju ruang tunggu, nah pas diatas tangga naik ke lantai 2, lihat sebelah kanan, disitu ada kadai tangkelek

BeritaSumbar.com,-Sandal dari Kayu yang akrab di sebut dengan tangkelek menjadi ikon sebuah usaha pakaian di Sumatera Barat. Sudah tidang asing bagi kalangan generasi muda daerah ini dengan pakaian yang memakai branding Tangkelek. Bahkan sudah mulai menasional. Baju berlogo Tangkelek ini sudah menjadi salah satu souvenir bagi wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Barat. Usaha pakaian dengan branding Tangkelek ini didirikan dua anak muda Sumbar pada tahun 2009 lalu. Fefri Rusli dan Khalid Arafah lulusan seni rupa UNP(universitas Negeri Padang)  sepakat membuka usaha pakaian dengan branding Tangkekek. “Tangkelek kami dirikan pada 2009 lalu,”kata Khalid Manager Tangkelek ketika memulai cerita tentang  kisah perjalanan produk Tangkelek hingga bisa dikenal di segala lapisan masyarakat seperti sekarang ini. Berbagai suka duka, dilalui Khalid Arafah dalam mengembangkan usahanya itu.“Awalnya kami meminjam dana dari koperasi untuk modal pertama. Ada beberapa koperasi yang saat itu kita temuai. Pinjaman bervariasi, dari 5 juta sampai 10 juta. Setelah dihitung, dana terkumpul sebesar…

Read more

Sebanyak 30 produk kreator lokal Padang unjuk gigi dalam MakerFest 2019. Salah satu yang sudah tak asing yakni Kadai Tangkelek. Kadai Tangkelek merupakan sebuah toko clothing. Mereka mengusung konsep kearifan lokal lewat kalimat atau pepatah berbahasa Minangkabau dalam produknya. Meski mengusung konsep tradisional, desain Tangkelek tak bisa bisa dibilang jadul. Mereka memainkan konsep tersebut dengan grafis kekinian sehingga mampu menarik minat kaum milenial.Brand ini awalnya didirikan oleh dua orang alumi Seni Rupa, Universitas Negeri Padang pada tahun 2009, Khalid Arafah dan Fefri Rusji. Bermula dari hobi desain grafis, Khalid dan Fefri mencoba merambah ke dunia binis pakaian dan mengembangkannya hingga kini. Khalid mengatakan, Tangkelek adalah produk lokal minang yang berkonsep distro. Target pasar mereka adalah para perantau yang mencari oleh-oleh unik saat pulang ke Ranah Minang. “Produk ini akan menjadi oleh-oleh bagi sanak di rantau saat pulang kampung,” ujar Khalid saat berbincang dengan Langkan.id, Minggu (22/4/2018). Lanjut Khalid, saat ini…

Read more

Ceritanya pada 14 April 2009 ketika itu muncul ide untuk menciptakan bisnis kreatif yang bisa diterima oleh kalangan manapun. Sebelum memberi nama Tangkelek, ada ide untuk membuat nama “Lamang Tapai”, setelah dipelajari filosofinya sedikit lemah, kalo jatuh dia lembek, dan tidak semua orang suka dengan “Lamang Tapai”. Ketika memulainya itu Khalid meminjam dana dari KUD, dana Arisan, termasuk meminjam pribadi kepada keluarga demi membangun bisnis kreatif ini.Ternyata setelah 3 bulan berjalan terjadi gempa bumi tahun 2009 yang meluluh lantakkan Sumatera Barat, akibat bencana alam tersebut, Tangkelek kehabisan aset dan modal, runtuh beserta puing-puing reruntuhan gempa. “Baru bangkit lagi pada akhir 2009 pasca 2 bulan gempa, kita mulai dari awal lagi dengan modal 10 Juta. Tak ada pilihan lain, support yang diberikan keluarga untuk bangkit sangat penting bagi saya, butuh kesabaran dan perjuangan memulai kembali, butuh segalanya lah. Dan setelah itu kita buka lagi kadai di Jalan S. Parman no 171…

Read more

Siapa yang tidak kenal brand Tangkelek? Tangkelek merupakan produk lokal minang pertama berkonsep distro Ternyata dibalik nama Tangkelek 187 terselip cerita yang begitu membekas bagi pemilik bisnis ini. Pengelola Tangkelek Rori Aroka Rusji mengatakan bisnis tangkelek memiliki dua owner yaitu Fefri Rusji dan Khalid Arafah Bisnis yang dirintis dua alumni Seni Rupa, Universitas Negeri Padang bermula dari hobi desain grafis. Lalu Fefri dan Khalid mencoba merambah ke dunia binis pakaian. Mereka menciptakan sebuah desain kaos yang bernuansa lokal (Minangkabau) untuk dijual secara umum. “Menurut ceritanya juga mereka dapat ide saat mereka melihat joger bisa berkembang di bali karena di sana kan tujuan wisata. Sumbar juga jadi tujuan wisata kenapa ga bikin baju yang kualitasnya memang distro,” kata Rori kepada TribunPadang.com, Rabu (27/3/2019) Bisnis yang dirintis dua alumni Seni Rupa, Universitas Negeri Padang bermula dari hobi desain grafis. Lalu Fefri dan Khalid mencoba merambah ke dunia binis pakaian. Mereka menciptakan sebuah…

Read more

5/5
Ado Paralu? Chat Se