Ceritanya pada 14 April 2009 ketika itu muncul ide untuk menciptakan bisnis kreatif yang bisa diterima oleh kalangan manapun. Sebelum memberi nama Tangkelek, ada ide untuk membuat nama “Lamang Tapai”, setelah dipelajari filosofinya sedikit lemah, kalo jatuh dia lembek, dan tidak semua orang suka dengan “Lamang Tapai”.

Ketika memulainya itu Khalid meminjam dana dari KUD, dana Arisan, termasuk meminjam pribadi kepada keluarga demi membangun bisnis kreatif ini.
Ternyata setelah 3 bulan berjalan terjadi gempa bumi tahun 2009 yang meluluh lantakkan Sumatera Barat, akibat bencana alam tersebut, Tangkelek kehabisan aset dan modal, runtuh beserta puing-puing reruntuhan gempa.
“Baru bangkit lagi pada akhir 2009 pasca 2 bulan gempa, kita mulai dari awal lagi dengan modal 10 Juta. Tak ada pilihan lain, support yang diberikan keluarga untuk bangkit sangat penting bagi saya, butuh kesabaran dan perjuangan memulai kembali, butuh segalanya lah. Dan setelah itu kita buka lagi kadai di Jalan S. Parman no 171 Padang Ulak Karang, Padang, dan telah ada tempat produksi (Konveksi) sendiri,” ujar pria beranak 3 ini.
Alhamdulillah sekarang semakin berkembang dan sudah ada outlet-outlet yang dibuka Tangkelek di Kota Kabupaten yang ada di Sumatera Barat.
Khalid juga mengatakan harga yang ditawarkan Tangkelek cukup terjangkau, dan yang ingin membeli baju buat lebaran datang saja ke Outlet Tengkelek terdekat.
“Untuk harga 1 baju mulai dari Rp.75.000,- hingga Rp.150.000,- Ada Baju, Celana, Tas, Topi, Bantal, serta Notebook yang dijual di outlet Tangkelek,” pungkasnya. (FS)